MAKALAH
Filsafat Umum
“Perkembangan
Filsafat sejak zaman Yunani Kuno sampai sekarang”
Dosen
Pengampu :
Wadli,
M.Si
Di
susun Oleh :
Mustahidin
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BREBES
(STAIB)
Tahun Akademik 2012/2013
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita
penjatkan kehadirat Allah yang maha kuasa yang telah memberikan kita nikmat,
anugrah dan karunia yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.
Makalah ini disusun guna melengkapi
tugas mandiri dalam Mata Kuliah Filsafat Umum, ada pun Judul Makalah ini adalah
“Sejarah
Perkembangan Filsafat sejak Zaman Yunani Kuno Sampai Sekarang”.
Walaupun banyak kesulitan yang
penulis harus hadapi ketika menyusun penulisan makalah ini, namun berkat
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, akhirnya tugas ini dapat dielesaikan
dengan baik.
Brebes, Maret 2013
Mustahidin
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
1. Periode Yunani (600SM – 322 SM) ....................................................................... 2
2. Periode He;enitas - Romawi.................................................................................... 3
3. Periode Patristik...................................................................................................... 4
4. Periode Islam........................................................................................................... 5
5. Periode Skolastik..................................................................................................... 5
6. Periode abad pertengahan....................................................................................... 5
7. Periode modern....................................................................................................... 6
8. Periode Era baru di mulai........................................................................................ 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 9
B. Saran........................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULAN
A.
Latar Belakang
Paradigma
baru belajar filsafat saat ini, ilmu filsafat tidak hanya sekadar
mempelajari berbagai pemikiran pars filsuf, seperti : Plato, Aristoteles, Rene
Descartes, Al-Ghazali, hingga Ranggawarsita Pujangga Jaws, tetapi ilmu filsafat
memiliki kemampuan untuk membangun kehidupan yang lebih sejahtera, damai, dan
selamat dunia akhirat.
B.
Rumusan Masalah
A.
Aktualisasi
Filsafat Sebelum Ilmu
B.
Aktualisasi
Filsafat Sebagai cara Berpikir
C.
Aktualisasi
Filsafat Sebagai
C.
Tujuan
Dengan ditulisnya makalah ini semoga dapat bermafaat untuk kita semua maka harapan
penulis semoga materi makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita
BAB II
PEMBAHASAN
AKTUALISASI FILSAFAT
Zaman sekarang merupakan zamannya berpikir
praktis-realistik, sehingga belajar filsafat dianggap hal yang tidak berguna
dan membuang-buang waktu. Sekarang, belajar filsafat telah sampai pada
paradigma baru. Belajar filsafat tidak hanya menghafal pemikiran-pemikiran para
tokoh filsafat/filsuf, akan tetapi belajar filsafat dimaksudkan untuk membangun
kesadaran, semangat, dan kepedulian agar hidup kita lebih bermakna. Yang
penting dalam belajar filsafat adalah aktualisasinya.
Dalam Bab I dikemukakan tentang kegunaan
mempelajari filsafat, antara lain: menambah wawasan keilmuan, menggugah
kesadaran dan kepedulian, dan strategi menghadapi tantangan zaman mendatang.
Kegunaan di atas masih memperlihatkan hal-hal
yang sifatnya teoretik, artinya kegunaan filsafat belum dapat dimanfaatkan dan
dirasakan secara langsung. Ibarat seseorang akan membuat sayer lodeh kebutuhan
santannya harus menanam pohon kelapa dahulu dan untuk berbuahnya menunggu lima
tahunan.
Demikian juga, agar para mahasiswa dapat
memanfaatkan sekaligus merasakan kegunaan filsafat, maka harus menunggu
beberapa tahun bahkan belasan tahun. Karena, pemanfaatan filsafat ini kadang
masih terkait dengan kematangan berpikir, kematangan usia, dan pengalaman
akademiknya.
Paradigma
baru belajar filsafat saat ini, ilmu filsafat tidak hanya sekadar
mempelajari berbagai pemikiran pars filsuf, seperti : Plato, Aristoteles, Rene
Descartes, Al-Ghazali, hingga Ranggawarsita Pujangga Jaws, tetapi ilmu filsafat
memiliki kemampuan untuk membangun kehidupan yang lebih sejahtera, damai, dan
selamat dunia akhirat.
Untuk itu, kami berusaha memberikan terobosan
baru khususnya kepada mahasiswa bagaimana cars mengaktualisasikan ilmu filsafat
dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai harapan hidup.
A. Aktualisasi
Filsafat Sebelum Ilmu
Dalam masyarakat hingga saat ini masih
menganggap ilmu filsafat adalah ilmu `ngawang-ngawang' yaitu ilmu yang
sulit untuk dimengerti atau ilmu yang membingungkan orang. Memang, setiap ilmu
tentu memiliki sisi negatif/sinisme. Seperti ilmu filsafat sisi negatifnya
dengan mempelajari filsafat akan mencetak pengangguran. Seperti ilmu ekonomi
sisi negatifnya dengan mempelajari ilmu ekonomi orang akan bersifat
materialistik. Sisi negatif ilmu agama dengan mempelajari ilmu agama orang akan
terhindar dari neraka. Sisi negatif ilmu kedokteran dengan mempelajari ilmu
kedokteran pikirannya akan buruk karma mendoakan orang lain sakit.
Sisi-sisi negatif pads setiap ilmu ini
hendaknya dibuang jauh-jauh, dan kita seharusnya lebih berpikir positif
terhadap setiap ilmu. Jadi, syarat agar orang dapat mengaktualisasikan ilmu
filsafat pertama-tama harus berpikiran positif.
Dengan berpikir positif pikiran kita akan
berkembang dan konstruktif dan edukatif. Dengan berpikir positif pikiran kita
akan lebih bersemangat dan realistik, yaitu bersemangat untuk meningkatkan
kepedulian terhadap sesama. Dengan berpikir positif kita akan lebih banyak
melihat hal-hal yang realistik dan. pragmatik.
Sebagai ilmu, filsafat juga seperti ilmu-ilmu
yang lain seperti: antropologi, sosiologi, atau ilmu ekonomi. Akan tetapi,
kelebihan ilmu filsafat adalah memiliki objek formal dan material lebih lugs,
clan setiap ilmu memuat unsur filsafat. Misalnya, sosiologi memiliki filsafat
sosial, ilmu hukum memiliki filsafat hukum, ilmu kedokteran memiliki filsafat
kedokteran, ilmu agama memiliki filsafat agama, clan sebagainya. Sehingga,
setiap ilmu tentu memiliki bidang yang sulit untuk ditembus oleh ilmu tersebut,
maka untuk menembusnya hanya dengan ilmu filsafat.
Bagi orang yang belajar ilmu filsafat hendaknya
dapat 'berdialog' dengan ilmu lain. Artinya, mempelajari ilmu filsafat tidaklah
cukup dan untuk berdialog dengan ilmu lain, maka orang harus mempelajari
(misalnya) ilmu kependudukan/demografi. Sehingga, orang tersebut pikirannya
tidak selalu 'ngawang-ngawang' dalam filsafat, tetapi pikiran orang tersebut
diperkenalkan dengan pikiran yang realistik/praktis. Karena, dalam ilmu
kependudukan diajarkan tentang migrasi/perpindahan penduduk, program keluarga
berencana, kelahiran, kematian, kualitas sumber daya manusia, mengatasi
pengangguran semakin banyak.
Jadi, ilmu filsafat harus berdialog dengan
ilmu-ilmu lain, karena ilmu-ilmu (selain filsafat) dapat dipakai untuk membantu
dalam kerangka berpikir kita.
B. Aktualisasi
Filsafat Sebagai Cara Berpikir
Dalam Bab I dikemukakan bahwa berpikir secara
filsafat salah satunya: sinoptif, yaitu berpikir secara menyeluruh dan
bersama-sama. Artinya, berpikir menyeluruh sama dengan berpikir secara
komprehensif.
Misalnya, apabila kita menghadapi masalah
seperti "kenakalan anak". Kenakalan anak akan terns menjadi masalah
sepanjang masa khususnya para orang tua. Untuk menanggulangi kenakalan anak,
maka masalah tersebut harus dilihat secara filsafat, yaitu kenakalan anak harus
dilihat dari semua aspek ilmu yang terkait.
Misalnya, kenakalan anak dilihat dari sudut
ilmu agama, ilmu ekonomi, ilmu jiwa/psikologi, sosiologi, dan lain-lain.
Menurut ilmu ekonomi, kenakalan anak disebabkan oleh faktor ekonomi, biasanya
kenakalan berasal dari anak-anak yang tingkat ekonominya rendah. Jarang kita
temui anak-anak dari orang kaya yang nakal, mungkin pola kenakalannya berbeda.
Menurut ilmu agama, kenakalan anak lebih
disebabkan karena faktor keberagamaan kurang, antara kehidupan lahir dan batin
tidak seimbang, sehingga tidak mampu membedakan antara teman yang baik clan
buruk kemudian terpengaruh lingkungan buruk.
Menurut ilmu jiwa, kenakalan anak dianggapnya 'lumrah'
asal tidak merusak (destruktio, karena anak yang nakal (konstruktio sebetulnya
anak yang semangat, kreatif dan energik, dan sebagainya. Jadi, cara berpikir
filsafat itu adalah berpikir kritis, analisis, clan dilihat dari berbagai
aspek. Begitu juga kenakalan orang tua juga harus dilihat dari berbagai aspek.
Kenakalan orang tua seperti: perselingkuhan, korupsi, emosional, dan lain-lain.
Bagaimana cara filsafat menghadapi hal-hal yang
mistis dan gaib. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering dihadapkan pada
hal-hal yang mistis, gaib, atau di luar jangkauan akal, maka dalam filsafat pun
dikenal dengan metafisika. Bagi orang yang mempelajari metafisika, menghadapi
hal-hal yang mistis dan gaib tidak masalah. Sebab, dalam dunia mistis dan gaib
memiliki ruang dan penalaran tersendiri.
Berpikir secara filsafat tidak hanya berpikir
secara komprehensif, rasional, konsepsional saja, tetapi inter disipliner. Di
era global saat ini pemikiran dituntut untuk lebih lugs dan satu sama lain
saling terkait. Misal, keadaan pasar modal di New York akan berpengaruh
(positif/negati) pada pasar modal seluruh dunia. Penegakan hukum Indonesia akan
memengaruhi investasi asing di Indonesia.
Berpikir secara inter disipliner adalah
berpikir dengan menggunakan ilmu-ilmu terkait yang dapat mendukung solusi
suatu permasalahan. Misalnya, untuk membangun anak berkualitas diperlukan
pandangan dari berbagai ilmu, seperti: ilmu pendidikan, ilmu agama, ilmu gizi,
ilmu sosial, dan lain-lain.
Ilmu pendidikan diperlukan untuk mengarahkan
dan membimbing anak dalam mencerdaskan intelektualnya/IQ Ilmu agama diperlukan
untuk membangun anak dalam mencerdaskan emosi/EQ Ilmu gizi diperlukan untuk
membangun anak agar memiliki kemampuan berpikir lebih (IQ tinggi) yaitu dengan
memberikan asupan makanan sesuai kualitas dan kuantitas gizi yang diperlukan.
Ilmu sosial diperlukan untuk memberikan lingkungan sosial yang edukatif, karena
memilih lingkungan sosial harus selektif dan mendidik/edukatif.
Jadi, aktualisasi filsafat sebagai cara
berpikir adalah kemampuan berpikir sendiri, mampu melihat mana yang negatif dan
yang positif dan mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk.
C. Aktualisasi
Filsafat Sebagai Pandangan Hidup
Perlu diketahui bahwa filsafat (dalam artian)
pandangan hidup banyak sekali ragamnya. Berawal dari pembagian filsafat secara
garis besar terdapat dua kutub filsafat besar: filsafat barat dan filsafat
timur. Filsafat barat meliputi: filsafat Yunani, filsafat abad pertengahan,
filsafat modern (pragmatisme, materialisme, eksistensialisme, humanisme,
ateisme, liberalisme, dan lain-lain).
Filsafat timur meliputi: filsafat
Cina/Tiongkok, filsafat Jepang, filsafat India, filsafat Islam, filsafat
Indonesia/Nusantara (filsafat Jawa, filsafat Sunda, filsafat Minangkabau,
filsafat Dayak, filsafat Bugis, filsafat Madura, filsafat Aceh, dan lain-lain).
Di samping itu, sekarang
banyak aliran pemikiran dari luar maupun dalam negeri yang muncul justru meresahkan
masyarakat, seperti mengaku nabi utusan Tuhan, mengaku mendapat wangsit dari
malaikat, mengaku sebagai murid Nyi Roro Kidul, dan lain-lain.
Dari berbagai ragam filsafat atau ideologi atau
doktrin ini ada yang cocok dan tidak cocok dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Karena, paham filsafat yang berasal dari luar lasing) yang tidak cocok dengan
kepribadian bangsa Indonesia justru akan berpengaruh negatif dan bisa merusak
kepribadian bangsa Indonesia. Sehingga, untuk menghadapi berbagai ragam paham
filsafat tersebut harus tetap kritis, mencari asalusulnya (epistemologi), bagaimana paham tersebut diajarkan apakah sesat
atau menguntungkan (metodologi), bagaimana riwayat pembawa paham tersebut, apakah paham tersebut bertentangan
dengan akidah agama atau menyuburkan keimanan (aksiologi), dan
lain-lain.
Jadi, dalam menghadapi berbagai ragam paham
filsafat/pemikiran hendaknya kira harus kritis, jell, dan memiliki
pendirian/tidak mudah terprovokasi, mampu
mengadakan penilaian apakah pemikiran tersebut balk atau tidak, apakah
pemikiran tersebut menguntungkan dan memberikan makna lebih dalam kehidupan
kita atau tidak. Matra, dalam mempelajari filsafat jangan lupa mempelajari
filsafat nilai.
D. Aktualisasi
Filsafat Sebagai Pemikiran yang Reflektif
Berpikir reflektif berarti berpikir yang
dipantulkan kepada dirinya sendiri.
Berfilsafat berarti refleksi terhadap dirinya sendiri. Berfilsafat pada
hakikatnya adalah menonton dirinya sendiri ketika dirinya sedang berada di atas panggung. Semua ragam pemikiran
filsafat tentunya dapat direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari.
Berpikir reflektif mendorong kita akan mampu
berpikir ke arah pemikiran yang lebih
berkualitas (quality thinking) dan pemikiran ke masa depan (future
thinking).
Misalnya, pemikiran
filsafat yang reflektif tidak hanya sebatas pada memperbaiki kualitas diri sendiri, akan
tetapi juga bagaimana memperbaiki kualitas generasi mendatang (anak-anak kita),
sehingga kita akan terhindar dari degradasi keturunan.
Di zaman sekarang (era
global) membuat/melahirkan anak mudah, akan tetapi membuat
agar anak-anak kita lebih berkualitas dari diri kita, maka diperlukan berbagai pemikiran (inter
disipliner). Hal ini sejalan dengan keberadaan konsep-konsep pemikiran
filsafat tentang: manusia unggul menurut pemikiran barat, menurut pemikiran
Indonesia, menurut pemikiran Jawa, dan lain-lain.
Manusia unggul (berkualitas) menurut pemikiran
barat yang dikemukakan oleh Nietzsche yaitu pemikirannya tentang manusia pemberani,
superman, manusia cerdas, manusia yang tidak pernah bersalah, manusia berkuasa.
Manusia unggul menurut pemikiran Jepang adalah
manusia yang memiliki jiwa 'samurai' yaitu
semangat tidak pernah kenal lelah, pan-tang menyerah, tahan menderita
yang dilambangkan dengan semangat ksatria (boshido).
Manusia unggul (berkualitas) menurut pemikiran
Indonesia yang tertuang dalam GBHN 1999 dikemukakan bahwa manusia Indonesia
adalah manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas,
berkepribadian, bersemangat, rajin bekerja, dan lain-lain.
Manusia unggul
(berkualitas) menurut pemikiran Islam yaitu `insan kamil', Insan kamil
adalah manusia yang telah mencapai derajat imuttaqiin' yaitu
manusia yang benar-benar aktivitas hidupnya hanya untuk mencari keridhaan
Allah.
Manusia unggul (berkualitas) menurut pemikiran
Jawa yaitu `manungsa utomo' (manusia utama). Manusia utama adalah manusia yang
dapat memenuhi hakikat kodratnya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan
makhluk Tuhan. Manusia utama adalah manusia yang
memiliki kemampuan untuk: memayu hayuning seliro (berperilaku baik
menjaga dirinya dari perbuatan vista), memayu hayuning bebrayan/ sesami (berperilaku
baik terhadap sesama), memayu hayuning bawono (berperilaku untuk
kepentingan bangsa/negara).
Dari berbagai konsep manusia berkualitas
(unggul) tersebut kita akan dapat memperoleh inspirasi bahwa melahirkan dan
membangun anak berkualitas di era global ini sangat penting. Karma, di era globalisasi saat ini diperlukan anak-anak yang
memiliki kemampuan daya saing tinggi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Didalam pembukaan makalah ini kami menggunakan
berbagai sumber. Namun didalam makalah ini kami hanya dapat mengembangkan hanya
semampu kami. Dari berbagai pemaparan materi tersebut dapat disimpulkan bahwa
menambah wawasan keilmuan, menggugah kesadaran dan kepedulian, dan strategi
menghadapi tantangan zaman mendatang.
B. Saran
Didalam
pembuatan makalah ini kami masih banyak mendapatkan kesulitan. Diantaranya
dalam pencarian sumber referensi. Dan kepada Dosen pengajar dan rekan-rekan
sekalian, kami selaku pemapar menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan
oleh karena itu kami masih mengharapkan saran dan arahan dari rekan-rekan
sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
Brouwer. et.
al. 1986. Sejarah Filsafat Modern dan Sezamannya. Alumni. Bandung.
Driyarkara. 1969.
Filsafat Manusia. Yogyakarta: Kanisius. Pancasila dan Religi. tp.,
tt.
Endang Daruni. et.
al. 1982. Filsuf Filsuf Dunia dalam Gambar. Yogyakarta: Karya Kencana.